Kelas Amarzan


Foto: FB Amarzan Loebis

Walaupun lelah seharian liputan, mata akan tetap terbelalak bila Amarzan Loebis mengisi kelas di meja redaksi Tempo, Velbak, Jaksel. Sebab dia bisa mendadak menunjukmu untuk menjelaskan tentang suatu hal. Bila tidak mengikuti penjelasan sebelumnya, jadilah kamu hanya melongo bak keledai di depan beliau.

Namun kelas Amarzan tidak pernah membosankan. Itu karena beliau memiliki segudang ilmu jurnalistik, pengalaman yang sangat luas, cerita-cerita lucu, serta ketajaman mengkritisi tulisan-tulisan di koran maupun di majalah Tempo. Saking tajamnya, si penulis bisa dibikin tak tidur semalaman setelah kena kritik Amarzan.

Amarzan adalah satu dari sekian potret manusia-manusia cerdas yang pikiran dan badannya sempat dibelenggu Orde Baru. Lantaran pernah menjadi redaktur di Harian Rakjat, Amarzan juga terseret tuduhan komunisme.

Sebagian hidupnya dihabiskan di Pulau Buru, Maluku, tanpa proses peradilan yang jelas. Sekali dia bercerita soal pengasingannya itu, Amarzan sambil tertawa. Tapi sorot matanya berbicara. Betapa pahitnya dikucilkan bangsa sendiri.

Hari ini, saya mendengar kabar duka; Amarzan Loebis meninggal dunia. Doa kami akan mengiringi bapak. Selamat jalan.

Tri Suharman
2 September 2019 ·

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perempuan Super itu Telah Pergi

Hilang Satu Generasi

Veteran Tua Lelah Usia