Jadi Menteri Gara-gara Terlambat Bangun
Suatu hari, pertengahan 2014, saya ketemu blio di sebuah tempat di Slipi. Senyumnya lebar dan begitu hangat. "Bagaimana dinda." katanya sambil menepuk bahu kiri saya.
Ini kali pertama saya bertemu dengannya, setelah seorang penegak hukum digelandang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), kerena menerima suap dari banyak pejabat. Dia sempat menghilang saat kasus si penegak hukum itu jadi sorotan. Maklum saja, namanya sempat muncul dalam pusaran kasus tersebut.
Melalui seorang kawan, saya akhirnya kembali bertemu. Lambat laun blio bercerita soal kasus yang nyaris membuatnya berbaju oranye. "Hampir saja habis karirku." kata dia sambil tepok jidat. Betul-betul saya ditolong Tuhan.
Saya berusaha menyimak ceritanya. Sempat juga bertanya-tanya mungkinkah dia memang beruntung? entahlah. Jadi, di hari penegak hukum itu ditangkap KPK, blio juga sedang bersiap menemui si penegak hukum tersebut.
Sebuah tas berisi fulus sudah disiapkan. Mereka sudah janjian pada pagi hari di sebuah tempat. Sayang, blio terlambat bangun karena habis begadang pada malam sebelumnya. Sadar bakal telat, blio bergegas ke kamar mandi. "Setelah habis mandi saya lihat televisi.
Astagfirullah." Dia pun hampir limbung karena kaget. Blio menyaksikan Breaking News soal penangkapan si penegak hukum tadi."Saya bersujud langsung." ujarnya. Kasus itu pun berlanjut hingga si penegak hukum tadi menjalani hukuman.
Kemarin, nama si blio muncul lagi. Namun kali ini dia ditunjuk menjadi salah satu menteri. Saya sebenarnya agak kaget, tapi mungkin blio memang beruntung. Sebab lain cerita seandainya dia cepat bangun kala itu. Hufh, baru kali ini saya tahu manfaat telat bangun tidur; bisa bikin kita jadi menteri.
Tri Suharman
24 Oktober 2019
Komentar
Posting Komentar