Metodologi dan Metode serta Konsep Kebahagiaan
Dalam mata kuliah Kepemimpinan Digital yang dibawakan Prof Ahmad Mulyana hari ini, salah satu penjelasannya menyinggung tentang perbedaan metodologi dan metode. Hal ini sering memusingkan mahasiswa karena terkadang, penjelasan untuk dua hal tersebut, lumayan menguras otak. Khususnya bagi saya yang lebih cenderung berpikir di dunia kepraktisan dibanding teori.
Menurut Prof. Mulyana metodologi adalah kerangka konseptual atau sesuatu yang berbasis ilmu, sementara metode adalah langkah-langkah teknis atau "cara" itu sendiri. Dari sini, kita lihat bahwa metodologi berada di jajaran “makro”, sedangkan metode lebih “mikro”
Secara makro biasanya digunakan untuk melihat secara “helicopter view” sebuah persoalan. Dalam penelitian berupa paradigma, apakah bersifat kuantitatif, kualitatif, atau campuran (mix method). Kemudian pendekatan misalnya studi kasus, etnografi, survei, atau eksperimen dan teori-teori yang mendukungnya.
Semetara metode lebih pada proses teknisnya yang lebih spesifik untuk menjawab cara melakukan sesuatu. Misalnya dalam Teknik Pengumpulan Data: Wawancara mendalam, penyebaran kuesioner, observasi partisipatoris, atau studi dokumentasi, kemudian Teknik Analisis Data: Analisis statistik, analisis tematik, analisis isi, atau analisis wacana, serta Teknik Pengambilan Sampel: Random sampling, purposive sampling, atau snowball sampling.
Bila dianalogikan secara sederhana, ketika membangun sebuah gedung, metodologi merupakan desainnya. Misalnya; bangunan yang anti gempa. Pemilihan desain ini kemudian menjadi guidance untuk membuat bentuk bangunan. Sementara metode masuk pada teknik-teknik spesifik untuk mewujudkan desain tersebut, seperti pengecoran dalam membuat pondasi, kemudian bagaimana campuran material dan lainnya.
Konsep kebahagiaan
Prof Ahmad Mulyana juga berbicara beberapa hal lain yang cukup menarik seperti gap antar generasi. Menurutnya gap terjadi karena konsep kebahagiaan yang berbeda. Setiap generasi punya konsep kebahagiaan yang berbeda karena dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuannya. Dua hal tersebut kemudian menentukan motif seseorang menentukan konsep kebahagiaannya.
Hal tersebutlah yang membuat generasi boomers kerap bertentangan dengan generasi Z. Baik itu dalam konteks atasan ke bawahan maupun dalam konteks pengajaran. Boomers kerap memberi solusi dengan menceritakan pengalamannya dengan menyatakan “Dulu, saya begini”. Pertanyaannya apakah itu masuk ke alam pikiran GenZ? ini cukup meragukan karena konsep kebahagiaan yang didorong oleh pengalaman dan pengetahuannya berbeda. Sehingga kemungkinan genZ tak dapat mendefinisikan penjelasan tersebut.
Dalam hal perlakukan juga berbeda, Boomers itu terbiasa dengan sesuatu yang linear, sedangkan genZ itu lebih interaktif. Sehingga dalam memberi perintah, boomers akan lebih cenderung kekurangan dialog, tapi langsung instruksi. Sedangkan genZ harus melalui dialog lebih dulu. Nah, sebagai pimpinan dari kalangan boomers, kondisi ini harus bisa dianalisis dengan baik karena akan berdampak pada roda organisasi. Perlu sikap adaptif dengan banyak refleks, relaksasi, serta kebersamaan dengan kalangan genZ.
Menurut Prof. Mulyana metodologi adalah kerangka konseptual atau sesuatu yang berbasis ilmu, sementara metode adalah langkah-langkah teknis atau "cara" itu sendiri. Dari sini, kita lihat bahwa metodologi berada di jajaran “makro”, sedangkan metode lebih “mikro”
Secara makro biasanya digunakan untuk melihat secara “helicopter view” sebuah persoalan. Dalam penelitian berupa paradigma, apakah bersifat kuantitatif, kualitatif, atau campuran (mix method). Kemudian pendekatan misalnya studi kasus, etnografi, survei, atau eksperimen dan teori-teori yang mendukungnya.
Semetara metode lebih pada proses teknisnya yang lebih spesifik untuk menjawab cara melakukan sesuatu. Misalnya dalam Teknik Pengumpulan Data: Wawancara mendalam, penyebaran kuesioner, observasi partisipatoris, atau studi dokumentasi, kemudian Teknik Analisis Data: Analisis statistik, analisis tematik, analisis isi, atau analisis wacana, serta Teknik Pengambilan Sampel: Random sampling, purposive sampling, atau snowball sampling.
Bila dianalogikan secara sederhana, ketika membangun sebuah gedung, metodologi merupakan desainnya. Misalnya; bangunan yang anti gempa. Pemilihan desain ini kemudian menjadi guidance untuk membuat bentuk bangunan. Sementara metode masuk pada teknik-teknik spesifik untuk mewujudkan desain tersebut, seperti pengecoran dalam membuat pondasi, kemudian bagaimana campuran material dan lainnya.
Konsep kebahagiaan
Prof Ahmad Mulyana juga berbicara beberapa hal lain yang cukup menarik seperti gap antar generasi. Menurutnya gap terjadi karena konsep kebahagiaan yang berbeda. Setiap generasi punya konsep kebahagiaan yang berbeda karena dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuannya. Dua hal tersebut kemudian menentukan motif seseorang menentukan konsep kebahagiaannya.
Hal tersebutlah yang membuat generasi boomers kerap bertentangan dengan generasi Z. Baik itu dalam konteks atasan ke bawahan maupun dalam konteks pengajaran. Boomers kerap memberi solusi dengan menceritakan pengalamannya dengan menyatakan “Dulu, saya begini”. Pertanyaannya apakah itu masuk ke alam pikiran GenZ? ini cukup meragukan karena konsep kebahagiaan yang didorong oleh pengalaman dan pengetahuannya berbeda. Sehingga kemungkinan genZ tak dapat mendefinisikan penjelasan tersebut.
Dalam hal perlakukan juga berbeda, Boomers itu terbiasa dengan sesuatu yang linear, sedangkan genZ itu lebih interaktif. Sehingga dalam memberi perintah, boomers akan lebih cenderung kekurangan dialog, tapi langsung instruksi. Sedangkan genZ harus melalui dialog lebih dulu. Nah, sebagai pimpinan dari kalangan boomers, kondisi ini harus bisa dianalisis dengan baik karena akan berdampak pada roda organisasi. Perlu sikap adaptif dengan banyak refleks, relaksasi, serta kebersamaan dengan kalangan genZ.
Komentar
Posting Komentar